Assalaamu'alaikum

selamat datang di Blog saya, semoga besok balik lagi ke sini,,hehe,..


jangan lupa CUAP CUAP...!


CEKIDOT

Sabtu, 13 November 2010

Riza Shapy Betina: DO'A PELET. SILAHKAN DICOBA

Riza Shapy Betina: DO'A PELET. SILAHKAN DICOBA: "Sedikit cerita nih. Ini adalah pengalaman saya. Saat itu saya akan sidang skripsi. Beberapa hari sebelum sidang, saya minta do'a ke eyang sa..."

DO'A PELET. SILAHKAN DICOBA

Sedikit cerita nih. Ini adalah pengalaman saya. Saat itu saya akan sidang skripsi. Beberapa hari sebelum sidang, saya minta do'a ke eyang saya supaya ujian saya lancar. Diberilah saya do'a, saya disuruh baca ayat itu sebanyak-banyaknya pada malam hari. Saya lakukan.
Keesokan harinya, saya sidang. hmmmmmmmm GAGAL.!!!!!!!!! Tapi alhamdulillah lulus!!! YESSS
Apa yg salah dengan do'a saya??? Kenapa saya gagal???
Beberapa hari setelah sidang, banyak para kaum ADAM yang lengket dengan saya. Bahkan tidak sedikit yg meminta saya untuk dipinang, hmm padahal sebelumnya jarang ketemu. HALLOOO???? Ada apa ini????
Selama 2 bulan saya dilengketi para kaum Adam. Rasanya bingung campur aduk. Aneh. Dan MENYEBALKAN!!! karena mereka berlebihan.
Aku baru sadar ternyata do'a yg diberikan Eyang itu ada unsur PELETNYA (mungkin!!). Hehehe. Karena sejarahnya, dengan Do'a tersebut, salah seorang Nabi pernah meluluhkan hati seorang wanita yang sombong. Hmmmmmmm apa karena do'a itu yah aku jadi dilengketi kaya gitu??? Hanya Allah yang tau.. Alhamdulillah sekarang sudah tidak lagi mereka mengejar ngejar smpk berlebihan spt kmrn ^^,/

P.S: Do'a nya itu rahasia. nggak akan saya jabarkan di sini.. cari sendiri ajah..hehheheheheeh

Pilihan karena Aturan


Inilah aku
terhempas oleh debu
melayang di langit biru
bersama ombak ku pun berlabuh

hidupku kini tak dapat melangkah
mengikuti kata hati yang merekah
hidupku tepenjara oleh jaring laba-laba
walapun ku memilih dia, ku tak kan dapat memilikinya

menangispun sia-sia
harapan hati musnah
diiringi kecewa
hanya karena aturan manusia

pilihanku tak kan menjadi terpilih
ku ingin dia, namun tak mungkin ku raih
angin masih mencabik hati hingga perih
hanya ku serahkan pada Sang Ilahi

Kamis, 11 November 2010

Tidak bisa tidur

akuuuuuuuu pengeeeeeeen teriaaaaaaaaaaaaaaaaaaakkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk

yaa rob..!
sakit sekali rasanya

Minggu, 07 November 2010

Curhat Dikit

jarang2 nih aku mengungkapkan isi hati tentang percintaan,,tp aku dah ngga tahan...q pgn curhat!!!


aku takut jatuh cinta!!!!!
aku takut "mencintai" laki-laki!!!!!
tapi nggak memungkiri aku bisa saja jatuh hati dengan laki-laki



udah itu aja ungkapan hatiku saat ini

Sabtu, 06 November 2010

Sesuatu Fakta, Unik dan Nyata..cekidot..!!!!

1. Cocacola dulu berwarna hijau.

2. Nama yang paling umum digunakan di dunia adalah Mohammed.

3. Dalam bahasa inggris, semua nama benua diawali dan diakhiri dengan huruf vokal yang sama.

4. Otot terkuat yang ada di badan kita adalah lidah.

5. Setiap orang di USA punya 2 kartu kredit !

6. TYPEWRITER adalah kata terpanjang yang dapat diketik dalam satu baris tuts keyboard anda.

7. Perempuan ngedip dua kali lebih banyak dari pada laki-laki.

8. Menahan nafas tidak akan membuatmu mati.

9. Setiap manusia tidak dapat menjilat siku tangannya sendiri.

10. Kalau ada orang mengucapkan doa setiap kali ada yang bersin karena memang setiap kali kau bersin, jantungmu berhenti satu mili-deteik.

11. Secara fisik, setiap babi tidak bisa melihat ke langit.

12. Ucapkan sixth sick sheiks sixth sheeps sick beberapa kali. Nanti anda akan mahir berbahasa inggris !

13. Bersin terlalu keras dapat mematahkan tulang iga, memutuskan pembuluh darah di kepala atau leher dan mengakibatkan kematian.

14. Setiap raja dalam kartu remi melambangkan raja-raja besar jaman dahulu kala:

Raja sekop – Raja Daud

Raja kriting – Alexander Agung

Raja hati – Raja Charlemagne

Raja wajik – Julius Caesar

15. 111,111,111 x 111,111,111 = 12,345,678,987, 654,321

16. Kalau ada patung orang naik kuda dan dua kaki depan kuda itu naik di udara, itu tandanya orang itu mati dalam perang.

17. Kalau kaki kudanya cuma satu yang diangkat berarti orang itu cuma terluka dalam perang.

18. Kalau semua kaki kudanya menjejak tanah, berarti orang itu meninggal karena sakit.

19. Apa persamaan rompi anti peluru, printer laser, tangga darurat dan wiper mobil? Jawabannya : semua ditemukan oleh perempuan ! Ha !

20. Satu-satunya makanan yang tidak bisa busuk? Jawaban : madu.

21. Buaya nggak bisa melet lidah.

22. Siput bisa tidur selama 3 tahun.

23. Semua beruang kutub KIDAL!

24. American Airlines menghemat $40,000 tahun 1987 dengan cara mengurangi 1 buah olive dari setiap piring salad yang mereka sajikan untuk penumpang kelas 1.

25. Indera perasa kupu-kupu ada di kaki.

26. Gajah adalah satu-satunya hewan yang tidak bisa lompat.

27. Selama 4000 tahun belakangan ini, jenis hewan yang dipelihara di rumah cuma itu-itu saja.

28. Rata-rata manusia lebih takut pada laba-laba daripada kematian.

29. Shakespeare menemukan kata : Assassination dan bump.

30. Dengan menggunakan cara mengetik 10 jari, STEWARDESSES adalah kata terpanjang yang bisa diketik hanya dengan jari-jari tangan kiri.

31. Semut selalu jatuh ke kanan setiap kali disemprot cairan anti hama.

32. Kursi listrik ditemukan oleh seorang dokter gigi.

33. Jantung manusia dapat menyemprotkan darah sejauh 30 kaki.

34. Dalam 18 bulan, 2 ekor tikus bisa punya lebih dari sejuta anak tikus!

35. Memakai headphone selama satu jam dapat menstimulasi perkembangan bakteri dalam telinga sebanyak 700 kali lipat!

36. Pemantik ditemukan sebelum korek api.

37. Setiap lipstik mengandung sisik ikan.

38. Seperti sidik jari, lidah manusia pun mempunyai kontur yang berbeda-beda.

39. 99% orang yang membaca tulisan ini mencoba mengalikan fakta no. 15.

40. Dan akhirnya, 99% orang yang baca tulisan ini pasti mencoba menjilat siku tangannya

(lho??!!!)
hahahahha

Museum Bawah Laut Meksiko Terbesar di Dunia yang MENAKJUBKAN

Pas lagi cari-cari loker di internet, saya nemuin info yang menarik, dah 1 bulan yg lalu sih, tapi saya baru ngeblog ni hari ini. hehe.ok langsung pada penjelasan.
Museum bawah tanah tuh terletak di negara bagian Quintana Roo Meksiko. Museum yang disebut sebagai Taman Laut Nasional Isla Mujeres, patung taman bawah laut terbesar di dunia ini akan dibuka pada awal 2011.
yuk mariyuk kita lihat poto-potonya:











































Selasa, 06 Juli 2010

Sungai di Bawah Dasar Laut ?????

saya kaget setelah mendengar berita ada sungai yang berada di dasar laut. pertama yang ada di pikiran saya saat itu adalah pilm cartoon SpongeBob. hehe. akhirnya saya tanya sama mbah saya yang tau apa ajah, mbah gugel (google). 
WOW!!! tersepona saya melihatnya, merinding, SUBHANALLAH.. Sungguh indah ciptaanNya. ternyata benar-benar ada!!!!! sungai di dasar laut beserta pohon-pononnya, ranting dan dedaunan. laut tersebut berada di Cenote Angelita , Mexico.
“Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan) ; yang ini tawar lagi segar dan yang lain masin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.” (Q.S Al Furqan:53).

langsung gak usa suwi-suwi saya kasih lihat pict nya.

 








berdasarkan sumber, sungai itu bukan sungai biasa, melainkan lapisan gas hidrogen sulfida yang nampak seperti sungai. LUAR BIASAAAA. pasti bau banget tuh,,huwek
memang mirip sungai lengkap dengan lapisan seperti air yang berwarna agak kecoklatan dengan pemandangan pepohonan di sekelilingnya. sangat menakjubkan. hmmm ternyata warna kecoklatan itu bukanlah berasal dari air tawar. bagian kecoklatan yang mirip air sungai itu adalah lapisan bagian bawah gas hidrogen sulfida.
biasanya gas itu terkumpul di dasar laut sampai mereka meledak dengan mendadak. saat gas itu mencapai ke permukaan, kombinasi hidrogen dengan oksigen yang membentuk air membuat sulfur putih padat membentuk lapisan endapan ke dalam lautan,yang membuat hidrogen sulfida menjadi racun alami buat ikan,tapi pengaruh buruk bagi manusia masih belum jelas diketahui. (kimia mode ON).
hidrogen sulfida bisa berwujud sungai di dasar laut karena pengaruh berat jenis zat tersebut. hidrogen sulfida memiliki berat jenis yang lebih berat dari pada campuran air laut (natrium sulfida, dll). Hal ini dpt dibayangkan seperti minyak dengan air dimana tingkatan berat jenisnya minyak, air tawar, air laut, dan baru campuran hidrogen sulfida diatas. hidrogen sulfida karena berat jenis yang lebih besar akan cenderung mengumpul di dasar lautan. inilah yang tampak seperti alur sungai di atas.
Ayat Al Quran tentang bertemunya dua lautan ( surat Ar-Rahman ayat 19-20) yang sering diidentikkan dengan Terusan Suez yang artinya: “Dia biarkan dua lautan bertemu, di antara keduanya ada batas yang tidak boleh ditembus.” 
SUBHANALLAH....!!!!!!!! 
Beidewe eniwe baswe.di Jawa Timur juga ada lho sungai hmmmm lautan hidrogen sulfida, tepatnya di daerah Porong Sidoarjo, yang kita kenal dengan lumpur lapindo. huhuhuhuhuhuh.

Akhlak Istri Terhadap Suaminya.

sore yang mendung saya jalan-jalan sendirian di suatu toko buku terkenal di Surabaya. Kolom pertama yang saya tuju adalah bagian Religi. Menarik! pikir saya setelah melirik satu buku yang seolah melambaikan tangannya pada saya. saya tergoda mengambil buku yang tidak berplastik itu. "The Best Wife In Islam" judunya karangan Ahmadi Sofyan. tertarik pada halaman yang memuat beberapa akhlak para istri terhadap suaminya, antara lain:
  1. wajib mentaati suami selama bukan untuk bermaksiat kepada Allah
  2. menjaga kehormatan dan harta suami
  3. menjaga kemuliaan dan perasaan suami, dengan berpenampilan menarik yang bisa memikat suami, berbicara dengan tutur kata yang ramah, dan selalu membuat perasaan suami senang dan bahagia
  4. melaksanakan hak suami, mengatur rumah tangga dan mendidik anak-anak. pekerjaan ini adalah tugas dalam rangka membentuk usroh (keluarga) yang bahagia dan mempersiapkan generasi yang baik.
  5. tidak boleh menerima tamu yang tidak disenangi suaminya
  6. tidak boleh melawan suaminya, baik dengan kata-kata yang membentak, maupun dengan sikap yang angkuh atau sombong
  7. tidak membanggakan sesuatu tentang dirinya dan keluarganya di hadapan suami, baik kekayaan, keturunan, ataupun kecantikan
  8. dilarang keras menganggap bodoh atau membodoh-bodohi suaminya
  9. tidak menjelekkan keluarga dari pihak suami
  10. tidak menunjukkan sikap pertentangan atau pertengkaran di hadapan anak-anak
  11. melepas suami pergi bekerja dengan sikap cinta dan kasih sayang, dan menyambut kedatangannya dengan muka manis, pakaian bersih, dan berhias
  12. setiap wanita (istri) hendaknya dapat mempersiapkan keperluan makan, minum, dan pakaian suami
  13. hendaknya juga pandai mengatur dan mengerjakan tugas-tugas rumah tangga
wah kalau menurut saya ketiga belas akhlak di atas merupakan barang langka di abad ini. tapi hendaknya benar-benar akhlak tersebut dimiliki para istri demi terciptanya sebuah keluarga yang sakinah, seperti yang diimpikan. yah, memang sih, no body's perfect, begitu pula dengan perilaku dan watak seseorang. namun hal itu bukanlah sebuah alasan untuk tidak berusaha semaksimal mungkin dalam mencapai kesempurnaan. bikos karena dengan memiliki niat dan selalu berusaha untuk mencapai ke arah yang lebih baik, maka Allah akan selalu membantu dan mengarahkan hamba-Nya menuju keridloan-Nya. kesuksesan seseorang diawali oleh sikap optimisnya untuk menjadi yang lebih baik.
semoga bukanlah teori saya saja. ^^,

Sosialisasi Dampak Negatif dan Daur Ulang Minyak Goreng Bekas

Senin, 1 Juni 2009 bertempat di MI KH. Abu Mansur Lidah Wetan Surabaya diadakan Sosialisasi Dampak Negatif dan Daur Ulang Minyak Goreng Bekas oleh Tim Kimia – FMIPA Unesa. Sasaran sosialisasi adalah wali murid kelas IV dan para guru MI KH. Abu Mansur. Tujuan dari sosialisasi ini adalah untuk memberikan informasi kepada masyrakat tentang bahaya minyak goreng bekas dan bagaimana cara mendaur ulang sehingga dapat dimanfaatkan kembali. Acara sosialisasi yang diadakan oleh mahasiswa kimia yang berjumlah 9 orang (Rahmad Djatmiko, Riza Ummul khusniah, Didik Nurhadi, Ulik Muztahidah, Sari Febriana, Bellina Yunitasari, Andestya EPD, Winarti Puji, dan Selvia) ini juga dihadiri oleh dosen-dosen kimia, di antaranya: Prof. Dr. Leny Yuanita, M. Kes., Dr. Suzana Surodjo, M. Kes., Dr. IGM Sanjaya, M.S. serta Syaiful Anwar, S.Pd selaku Kepala Sekolah MI KH. Abu Mansur.

Sosialisasi ini mengangkat tema dampak negatif dan daur ulang minyak goreng bekas, hal ini disebabkan oleh banyak masyarakat terutama ibu, yang menggunakan minyak goreng bekas untuk digunakan menggoreng kembali. Padahal dampak negatif yang disebabkan dari minyak goreng bekas cukup membahayakan. Hal ini ditunjukkan oleh 86,2% responden yang hadir memanfaatkan minyak goreng bekas untuk digunakan menggoreng kembali. Dan rata-rata mereka menggunakan minyak goreng bekas untuk dipakai menggoreng kembali sebanyak 1 kali sebesar 44,83%, sedangkan yang memakai 2 kali sebesar 20,69%, 3 kali sebesar 13,79%, sampai habis 17,24% dan tidak pernah 3,45%. Tentang bahaya minyak goreng bekas, banyak masyarakat yang belum mengetahuinya. Hal ini terbukti lebih dari 50% responden (55,17%) belum mengetahui dampak yang dapat diakibatkan oleh minyak goreng bekas.

Materi yang disampaikan kepada peserta sosialisasi di antaranya; 1) perbedaan minyak dan mentega, 2) macam-macam minyak, 3) bagaimana minyak goreng bisa berbau tengik, 4) dampak negatif dari minyak goreng bekas, dan 5) bagaimana cara mengembalikan supaya minyak jelantah dapat digunakan kembali.

Salah satu materi yang disampaikan adalah pada pemanasan yang tinggi ( 3000C -3500C) dapat terbentuk akrolein, di mana akrolein adalah sejenis aldehida yang dapat menimbulkan rasa gatal pada tenggorokan, membuat batuk konsumen dan yang tak kalah bahaya adalah dapat mengakibatkan pertumbuhan kanker dalam hati dan pembengkakan organ, khususnya hati dan ginjal. Selain pemberian materi dampak negatif minyak goreng, juga ada pemberian materi tentang upaya daur ulang minyak goreng bekas sehingga dapat digunakan kembali. Di antaranya adalah perendaman arang tempurung dan lidah buaya dalam minyak jelantah sisa penggorengan selama 24 jam; perendaman dengan arang aktif dari tempurung kelapa dan dalam pembuatannya, jika arang telah terbentuk cara mematikannya tidak boleh disiram dengan air; perendaman kulit pisang kepok dalam minyak jelantah, caranya adalah minyak jelantah sisa penggorengan yang dingin dipanaskan kembali dengan kisaran suhu 1000C, kemudian diteruskan dengan perendaman kulit pisang kepok selama 5 menit. Selanjutnya minyak disaring sehingga kotoran dan pisang kepok dapat terpisah. Namun yang didemokan ke peserta sosialisasi adalah penggunaan kulit pisang kepok saja.

Dengan pemberian sosialisasi ini masyarakat menjadi lebih tahu tentang bahaya dari minyak goreng bekas. Hal ini ditunjukkan dengan prosentase responden yang meningkat dari 44,83% menjadi 100% mengetahui akan bahaya minyak goreng bekas. Setelah mereka mengetahui bahaya minyak goreng bekas, sebanyak 55,17% masih tetap akan menggunakannya dengan berbagai alasan. Sebanyak 56,25% dari 55,17% akan tetap menggunakan karena sudah ada solusi yang tepat, yakni dengan pemberian pisang kepok. Sebanyak 31,25% menyatakan lebih mengirit pengeluaran dan 12,5% menyatakan minyak tersebut masih layak digunakan.


sumber

Senin, 05 Juli 2010

Mengapa cinta?


malam ini saya rada sebel karena pembicaraan tentang cinta, cinta dan cinta. tapi ngga pa2, buat ngeramein blog.

tema kali ini adalah cinta. risih sebenarnya dengan kata itu. tapi kita ngga akan pernah lari dari kata itu.

cinta makna dan sudut pandangnya luas hingga susah untuk diungkap dengan kata. aduh puyeng kepala saya ngomongin cinta. hehe. wokeh langsung saja pren. saya sangat menyayangkan mengapa cinta harus bermodalkan tampang. kebanyakan orang jika ditanya tentang pendamping hidup akan menjawab mencari yang terbaik, namun yang terbaik yang bagaimana?. satu juta banding satu orang di dunia memilih pasangan melihat fisik. oh c'mon..! ketampanan/kecantikan tidaklah mempengaruhi cinta kawan (menurut saya sih). sebagai cewek normal, saya tertarik dengan cowok cakep, tampan, keren, dan menarik, apalgi kalo plus pinter bin cerdas. tapi untuk kelanjutan dalam hubungan antara laki-laki dan perempuan menuju ke pernikahan saya kurang tertarik dengan mereka. pertimbangan yang muncul banyak sekali. apakah dia baik? apakah dia bisa mengerti saya? apakah dia pecemburu? apakah dia religi? apakah dia akan mencintai keluargaku? apakah dia tulus? apakah dia setia? jangan-jangan dia psikopat? kasar? pemarah? etc. pikiran aneh-aneh mulai menghantuiku. pertanyaannya, LHO EMANGNYA ADA YAH COWOK TAMPAN YANG MAU SAMA SAYA?????? hehe 

jika saya disuru memilih, saya akan memprioritaskan laki-laki yang dapat membuat saya tersenyum dan membawa kehidupan saya semakin membaik, mencintai keluarga saya, seiman, sabar (harus), dan dapat mengerti saya (saya suka kebebasan dan tidak mau dikekang). saya mengidamkan laki-laki yang membahagiakan dunia dan akhirat. untuk masalah ketampanan itu adalah sebuah bonus, memperbaki keturunan. hehe. namun saya lebih senang dengan laki-laki biasa, tidak menonjolkan ketampanan tapi memiliki kharismatik tinggi. yang penting tidak psikopat (pengalaman pribadi).

ah itu semua mungkin hanyalah mimpi semata. hmmmm tapi apa salahnya membuat mimpi-mimpi menjadi nyata.

semoga









like this pict.


The Orange

Sekarang lagi musim bola nih, di mana-mana nggak luput dari pemberitaan 'n cuap-cuap tentang bola. begitu pula di kalangan teman-teman saya. malam itu dalam kemacetan Porong yang berjam-jam, menuju ke Pasuruan untuk ta'ziyah ke rumah temen, bokapnya meninggal dunia, Fajari, yang tabah yah cin. malam itu semua di mobil resah karena RCTI sedang ditonton sejuta umat yaitu pertandingan Jerman vs Argentina. beruntung ketika nyalain tipi di hp salah satu temen saya, sebut saja bebek (nama trend), di menit ke-3 Jerman membobol gawang Argentina. GOOOOOOOOAAAAAALLLLLLLLLLL, seru kami, ngga peduli lagi ma yang namanya macet. wah sayangnya hp bebek lowbat. terpaksa harus dimatikan dan bersabar sampai di rumah Fajari, biar bisa nonton. hehe.
Pembicaraan kami tetap tentang bola. di Afrika kidul memang penuh dengan kejutan, misalnya saja Belanda Vs Brazil. banyak teman kecewa karena Brazil kalah dengan skor 2-1. tiba-tiba teman saya, sebut saja Belina (nama yang sebenarnya) nyeletuk, "kalo aku pegang Belanda, Yes Yes, Belanda menang. Aku suka Belanda soalnya bajunya itu warnanya orange, uh keren."


&*&*##(*#()*^$)(*@)*_)&@^$(@^ Plis deh ndonk..!!! GAK signifikan bluas alasanmu...lha prasamu Belanda menang gara2 warna bajunya????


sontak satu mobil ketawa semua dan gemes sama muka polosnya si Belindonk, eh ehem Belina maksud saya..

HA HAHAHAHAHAHA HA HA
HA
HA
HAHAHAHAHAHHA
HAHAHA
HAHA
HA
dudul


sakit tak diundang

lama banget ngga' nge-blog..
Pengen cerita nih. Kejadiannya waktu lebaran tahun 2009.
Saya tidak seberapa faham dengan tubuh saya. ketika liburan tiba, penyakit berbondong-bondong ngungsi diperedaran tubuh saya. begitu pula saat lebaran kemarin (21 Sept '09).
setelah sholat id dan sungkem, saya bantuin eyang kakung menyajikan minuman buat para tamu, tiap tahunnya hampir 1 kampung ke rumah eyang. ditengah ngeladeni tamu
(bahasa jawa), saya bersin-bersin dan batuk-batuk. ah sakit ringan pikir saya. keesokan harinya, masih dengan para tamu yang silaturahmi, saya tidak membantu eyang lagi, coz ngga tau kenapa badan lemes, jadi seharian saya di kamar. sampai sore tiba saya mandi dan bersiap-siap berkunjung ke rumah saudara ba'dal maghrib. batuk saya semakin menjadi dan punggung saya sakit jika dibuat bediri terkadang nafas saya bunyi ngik ngok. ah kecapaian kecil, pikir saya lagi.
saya dan keluarga berkunjung ke Gresik, nyetir motor sendiri dan mbonceng sepupu saya Hilmi. diperjalanan nafas saya sudah tidak ngik ngok lagi dan merasa semakin membaik, sedikit bisa bernafas lega. namun setelah sampai di Gresik, saya merasa sulit bernafas dan batuk-batuk, apalagi di sana banyak para perokok yang saling bersaing dengan asapnya. semakin lama semakin susah bernafas. dan sampai jam 8 malam, saya menyerah dan minta pulang karena saya hampir tidak bisa merasakan oksigen, punggung dan dada saya sangat sakit sekali. batuk semakin menguasaiku. dengan terpaksa saya pulang sendiri mbonceng Hilmi, dan Ortu mampir ke apotik setelah dapat resep dari mbak Ita, sepupu saya dokter yang dinas di Kalsel. 
setelah sampai di rumah saya minum obatnya, berharap bisa lekas tidur dan keesokan harinya batuk hilang dan dapat bernafas normal. tapi sampai 1 jam, saya tidak bisa tidur, jika berbaring dada saya semakin sesak. akhirnya saya duduk, sesak saya hilang. namun jika saya bergerak sedikit, saya sesal lagi. serba salah. sampai jam 3 malam (23 sept '09), saya menyerah dan membangunkan Ibu, saya meminta dipijitin biar bisa tidur. ibu saya semakin khawatir dengan keadaan saya karena wajah saya malam itu pucat sekali. dibangunkanlah Ayah. Ibu menyuruh ayah agar saya dibawa ke rumah sakit terdekat di daerah Wiyung (rumah saya di Lidah Wetan Surabaya).

ketika saya diuap





Rumah sakit sepi sekali, maklumlah lebaran dan saat itu jam 3 malam hampir subuh. di sana saya diberi uap, katanya dokter sih untuk membersihakan lendir yang membuat nafas saya bebunyi ngik ngok. setelah 10 menit, saya merasakan surga di depan mata.haha. nafas saya kembali normal, dapat bernafas lega. saya diperbolehkan pulang dan diberi resep. sampai rumah terdengar suara adzan. saya makan dan meminum obatnya. sampai jam 5 pagi saya kembali diserang sesak nafas lagi dan batuk-batuk. saya dilarikan lagi ke rumah sakit karena wajah saya semakin pucat. ibu menghubungi Papa (pak dhe yang saya panggil Papa) agar diantar naik mobil, karena saya tidak kuat naik motor. Papa sudah menganggap saya seperti anaknya sendiri. 
Sampai rumah sakit, saya diuap lagi 10 menit, karena obat sudah tidak mempan lagi buat mengobati sesak nafas saya, saya disuruh opname oleh dokter. hampir setengah biaya dibayar Papa. tengkyu Pa. Setelah diuap saya dioksigen agar tidak sesak lagi dan saya dimasukkan dalam kamar.
hmmm lebaran kok malah merayakan di rumah sakit. semua tetangga bukan berkunjung lagi ke rumah, tapi silaturahmi ke rumah sakit. aneh kalo diingat, baru kemarin saya baik-baik saja kok malah sekarang terbaring di kasur putih ini, membosankan. setiap selang oksigen dilepas dari hidung saya, saya merasakan mati karena tidak bisa bernafas. akhirnya satu hari penuh saya dioksigen sampai 4 hari. ironis.
berharap pada lebaran mendatang tidak terjadi lagi. saya tidak tega dengan orang tua saya, karena dulu pernah 2 hari setelah lebaran adek saya sakit dan meninggal 4 hari kemudian di rumah sakit :-).

ketika saya dioksigen tapi tetep ceria dan nuarsis puol

Video Ariel - Luna - Cut Tari.3gp

 wah wah. sudah satu bulan lebih ini, tiap kali lihat televisi selalu ada pemberitaan trio heboh (Ariel-Luna-CT). dan di dunia cyber yang banyak dicari adalah video ariel, wow. mungkin masyarakat mempunyai berbagai alasan mengapa mereka mendownload video tersebut. contohnya ingin mengerti apakah benar sang artis adalah lakon utama, penasaran, ada pula yang memang hobi koleksi yang begituan. hehe. ah apapun alasannya tetap saja nggak ada bedanya. sang pelaku juga begitu, harus menerima konsekuensinya atas perbuatannya, siapapun itu, entah si artis ataupun bukan.

jagalah diri kalian kawan. semoga kita tetap dalam lindungan Allah SWT. amin :-)

Minggu, 04 Juli 2010

Makna Cinta dan Pernikahan


Suatu ketika plato in conversation with his teacher...
Plato mempertanyakan makna cinta dan gurunya pun menjawab: "masuklah ke dalam hutan, pilih dan ambillah satu batang ranting yg menurutmu paling baik, tetapi engkau haruslah berjalan ke depan dan jangan kembali ke belakang. Pada saat kau sudah memutuskan pilihanmu, keluarlah dari hutan dengan ranting tersebut".

Maka masuklah Plato ke dalam hutan dan keluarlah Plato tanpa membawa sebatang ranting pun. Gurunya bertanya, maka jawab Plato:

"Saya sebenarnya sudah menemukan ranting yg bagus, tetapi saya berfikir barangkali di depan saya ada ranting yang lebih baik. Tetapi setelah saya berjalan ke depan ternyata ranting yg sudah saya tinggalkan tadilah yg terbaik. Maka saya keluar hutan tanpa membawa apa-apa."

Guru itupun berkata:"that's love"

Lalu Plato pun bertanya apa makna perkawinan.

Gurupun menjawab:"Sama seperti ranting tadi, namun kali ini engkau haruslah membawa satu pohon yang kau fikir paling baik dan bawalah keluar dari hutan."

Maka masuklah Plato ke dalam hutan & keluarlah Plato dengan membawa pohon yg tidak terlalu tinggi juga tidak terlalu indah.Gurunya pun bertanya, maka jawab Plato:

"Saya dapati pohon yang indah daunnya, besar batangnya...tetapi saya tak dapat memotongnya dan pastilah saya tak mampu membawanya keluar dari dalam hutan...akhirnya saya tinggalkan. Kemudian saya menemui pohon yang tidak terlalu buruk, tidak terlalu tinggi dan saya fikir mampu membawanya kerana mungkin saya tidak akan menemukan pohon seperti ini di depan sana. Akhirnya saya pilih pohon ini kerana saya yakin boleh merawatnya & menjadikannya indah."

Lalu sang guru berkata:"Itulah makna perkawinan."

Begitu banyak pilihan di depan kita seperti pohon-pohon beserta rantingnya di dalam hutan, tapi kita mesti menentukan satu pilihan dan bila terlalu memilih...will we find none, karena kesempatan itu hanya sekali & kita harus terus maju seperti waktu yg ke depan yg tidak pernah tersimpan pada hari semalam & bersemayam pada masa lalu kita.

I apologise for any inconvenience this may cause. hehehe

Minggu, 02 Mei 2010

BAB I

PENDAHULUAN

 

A.    Latar Belakang Masalah

Manfaat sinar matahari bagi kehidupan sangat banyak. Namun sinar matahari juga mempunyai efek yang sangat merugikan bagi kulit, terutama spektrum sinar ultravioletnya yang dapat menyebabkan eritema (kemerahan) pada kulit, pigmentasi yang berlebihan, penebalan sel tanduk, dan aging (penuaan kulit). Sengatan matahari yang berlebihan juga dapat menyebabkan kelainan kulit mulai dari dermatitis ringan sampai kanker kulit (Depkes RI, 1985; Kligman, 1985; Kreps dan Goldenberg, 1972; Harry, 1952).

Solusi pencegahan terjadinya gangguan kulit akibat pancaran sinar matahari dan menanggulangi bahaya ultraviolet (UV) bagi kulit adalah menggunakan senyawa tabir surya guna menyaring sinar UV berbahaya sebelum menembus kulit. Berdasarkan klasifikasi, sinar radiasi UV digolongkan tiga bagian yaitu senyawa tabir surya tipe A (menyerap sinar UV pada panjang 315-400 nm), tipe B (menyerap sinar UV pada panjang 290-315 nm), tipe C (menyerap sinar UV pada panjang 200-290 nm) (Kimbrough, 1997; Harry, 1982).

Bahan tabir surya dapat diperoleh  secara sintetik maupun secara alami. Bahan tabir surya sintetik yang sering digunakan dalam sediaan tabir surya sebagai pengeblok fisik dan kimia. Untuk pengeblok fisik misalnya TiO2, ZnO, sedangkan pengeblok kimia sebagai inti UV A seperti benzofenol, turunan antranilat, dan sebagai anti UV B seperti turunan amino benzoat turunan kamfor, salisilat, dan turunan sinamat, misalnya 2-etoksi etil  p-metoksisinamat, 2-etil heksil p-metoksisinamat (Martindale,1989).

Kandungan tabir surya bahan aktif mampu melindungi kulit terhadap paparan UV. Pertama, golongan sinamat (2-etil heksil p-metoksisinamat) dan kuinon (benzokinon) mampu melapisi kulit sehingga paparan sinar UV tidak diserap kulit. Dan kedua, golongan oksida yaitu Titanium oksida dan Seng Oksida yang mampu memantulkan sinar UV yang mencapai kulit khususnya UV B. Kedua bahan ini dikombinasi agar kedua mekanisme penghambatan UV ke kulit dapat tercapai (Tanjung, 1999).

2-etil heksil p-metoksisinamat paling banyak digunakan untuk menyerap sinar UV. Selain untuk menyerap UV, 2-etil heksil p-metoksisinamat juga berfungsi untuk menyerap sinar matahari secara nyata pada rentang panjang gelombang 270 328 nm pada daerah radiasi UV A dan UV B. Berdasarkan spektrum yang dihasilkan, 2-etil heksil p-metokssinamat dapat digunakan untuk melindungi kulit dari paparan sinar matahari (Hidajati, 1997).

Lempung merupakan bahan alam yang relatif banyak terdapat di Indonesia. Lempung alam di Indonesia didominasi oleh kelompok monmorilonit yang mudah menyerap air. Monmorilonit ini memiliki luas permukaan yang besar dan kapasitas penukar kation yang baik, maka antar lapis monmorilonit dapat disisipi dengan suatu bahan lain seperti senyawa organik atau oksida logam guna memperoleh suatu bentuk komposit yang sifat fisik dan kimianya berbeda dengan lempung sebelum dimodifikasi. Sifat fisik dan kimia tersebut merupakan bagian yang penting pada setiap karakterisasi lempung baik sebagai katalis, pendukung katalis, maupun adsorben (Wijaya, 2008).

Bentonit merupakan mineral dengan kandungan utama monmorilonit kurang lebih 85% yang memiliki kemampuan menyerap ion logam dan molekul organik dari dalam larutan serta struktur berbentuk lapisan-lapisan bertumpuk (layer) dan mempunyai rumus kimia Al2O3.4SiO2 x H2O. Monmorilonit sangat menarik untuk diteliti karena mempunyai struktur berlapis dengan kemampuan mengembang karena ruang antar lapis (interlayer) yang dimilikinya dan dapat mengakomodasi ion-ion atau molekul terhidrat dengan ukuran tertentu serta memiliki kation-kation yang dapat ditukarkan (katti dan katti, 2001).

Berdasarkan tipenya, bentonit dibagi menjadi dua. Pertama, tipe Wyoming (Na-bentonit – Swelling bentonite) mengandung ion Na+ relatif lebih banyak jika dibandingkan dengan ion (Ca2+ dan Mg2+). Mempunyai sifat mengembang jika dicelupkan dalam air hingga 8 kali lipat dari volume semula. Kandungan Na2O dalam Na-bentonit umumnya lebih besar dari 2%. Kedua, Mg (Ca-bentonit – non swelling bentonite) mengandung kalsium (K2O) dan magnesium (MgO) lebih banyak dibanding dengan natriumnya, mempunyai sifat sedikit menyerap air sehingga jika didipersikan dalam air akan cepat mengendap. Daya tukar ion (KTK) cukup besar dan bersifat menyerap (Labaik, 2006)

Kemampuan adsorpsi monmorilonit ditingkatkan dengan proses pilarisasi. Pilarisasi merupakan proses pemanasan interkalat yaitu hasil proses penyisipan ion atau molekul ke dalam interlayer. Akibat adanya pilar yang terbentuk pada lapisan bentonit ini akan menjadikan bentonit lebih stabil dan tidak mudah mengalami swelling (Budhyantoro, 2003). Lempung terpilar memiliki beberapa kelebihan, yaitu stabilitas termal yang lebih tinggi, volume pori lebih besar, dan luas permukaan yang lebih besar pula. Adanya sifat unggul dari lempung terpilar menjadikan material tersebut potensial untuk digunakan sebagai adsorben.

Monmorilonit diinterkalasikan dengan polikation hidroksi merupakan salah satu cara proses pilarisasi. Selanjutnya dikalsinasi sehingga membentuk pilar-pilar oksida logam (Sunarso, 2007). Salah satu kation yang dapat digunakan sebagai agen pemilar adalah ion Ti4+. Ion Ti4+ dalam persenyawaannya dengan oksigen (TiO2) juga merupakan salah satu bahan aktif tabir surya yang bekerja secara fisik, yaitu memantulkan kembali sinar UV sehingga permukaan kulit terlindungi (Hery, 2002).

Pengaruh stabilitas bentonit dengan senyawa tabir surya dapat diketahui dengan melakukan pilarisasi terhadap bentonit pada suhu kalsinasi yang berbeda. Panjang gelombang serapan UV senyawa tabir surya adalah 280-360 nm, sedangkan 2-etil heksil p-metoksisinamat 270 - 328 nm, sehingga bentonit terpilar Ti4+ juga harus memiliki serapan UV yang sesuai dengan senyawa tabir surya agar keduanya dapat berinteraksi. Kestabilan bentonit terpilar dalam tabir surya ini dapat diketahui dalam jangka waktu lebih lama dari pada tabir surya tanpa bentonit terpilar Ti4+ meskipun terkena molekul air, dan penguraian senyawa tabir surya dapat diminimalkan (Shaath, 1990).

 

 

 

 

 

 

B.     Rumusan Masalah

1.      Berapakah suhu kalsinasi bentonit terpilar Ti4+ yang memberikan panjang gelombang UV sesuai dengan panjang gelombang senyawa tabir surya               2-etil heksil p-metoksisinamat?

2.      Bagaimana kestabilan senyawa tabir surya 2-etil heksil p-metoksisinamat dalam bentonit terpilar Ti4+?

 

C.    Tujuan Penelitian

1.      Menentukan suhu kalsinasi bentonit terpilar Ti4+ yang memberikan panjang gelombang UV sesuai dengan panjang gelombang senyawa tabir surya  2-etil heksil p-metoksisinamat

2.      Menguji kestabilan senyawa tabir surya 2-etil heksil p-metoksisinamat dalam bentonit terpilar Ti4+

 

D.    Manfaat Penelitian

1.      Memberikan informasi tentang pilarisasi bentonit sebagai penstabil senyawa tabir surya

2.      Memberikan informasi tentang perbedaan stabilitas senyawa tabir surya 2-etil heksil p-metoksisinamat dalam bentonit terpilar Ti4+

3.      Meningkatkan daya guna bentonit.

 

 

 

 

E.     Definisi Operasional, Asumsi, dan Batasan Masalah

1.      Definisi Operasional

a.       2-etil heksil p-metoksisinamat adalah senyawa kimia hasil sintesis dari etil p-metoksisinamat dengan 2-etil heksil alkohol yang memiliki rumus molekul C18H26O3 dan rumus struktur sebagai berikut:

b.      Pilarisasi adalah suatu proses yang diawali dengan perendaman bentonit dalam Ti(OH)4 sebagai pillaring agent lalu dipanaskan (T=80oC) selama 3 jam, disaring, dan dikeringkan. Padatan yang diperoleh dikalsinasi dan diukur serapannya dengan UV.

c.       Kalsinasi adalah pemanasan terhadap bentonit terpilar dengan suhu yang berbeda antara suhu 300-700oC untuk mengetahui stabilitas bentonit dengan senyawa tabir surya.

d.      Adsorpsi adalah proses yang dilakukan melalui penyerapan senyawa tabir surya dalam pori bentonit terpilar Ti4+ yang guna mengisolasi senyawa tabir surya dari serangan lautan NaCl 0,01 M.

e.       Senyawa tabir surya adalah senyawa kimia yang dapat menyerap sinar matahari secara efektif terutama daerah emisi gelombang UV sehingga dapat mencegah gangguan pada kulit akibat pancaran langsung sinar UV.

f.       Kestabilan senyawa tabir surya adalah kemampuan senyawa tabir surya untuk bertahan lebih lama dalam menerima serangan larutan NaCl 0,01 M sehingga penguraian senyawa tabir surya dapat diminimalkan.

 

2.      Asumsi

Dalam penelitian ini bentonit yang digunakan bersifat homogen.

 

3.      Batasan Masalah

a.       Pillaring agent yang digunakan terbatas pada konsentrasi Ti(OH)4    0,5 M.

b.      Dalam penelitian ini uji kestabilan senyawa tabir surya 2-etil heksil p-metoksisinamat terhadap molekul air terbatas pada hasil spektroskopi IR dan KLT.


 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

 

A.    Tinjauan tentang Senyawa Tabir Surya

Senyawa tabir surya merupakan suatu sediaan kosmetika yang berfungsi untuk menghambur, memantulkan energi sinar matahari yang mengenai kulit, dan menyerap secara efektif cahaya matahari terutama pada daerah pancaran gelombang ultraviolet guna mencegah terjadinya gangguan kulit karena matahari (Harry, 1982).

Sedangkan menurut Shaath; 1990, senyawa tabir surya adalah senyawa yang dapat melindungi kulit terhadap eritema (sunscreen UV-B) pada panjang gelombang 290-320 nm, seperti salisilat, sinamat, dan senyawa turunan asam p-amino benzoat (PABA) atau senyawa yang mampu melindungi kulit terhadap bahaya pigmentasi (sunscreen UV-A) pada panjang gelombang di atas 320 nm, seperti benzofenon dan antranilat.

1.  Karakteristik Umum Senyawa Tabir Surya

Senyawa tabir surya terdiri dari senyawa aromatis yang biasanya terkonjugasi dengan gugus karbonil. Pada umumnya senyawa tabir surya adalah senyawa aromatis yang terkonjugasi oleh gugus karbonil. Pada beberapa senyawa, terdapat gugus pelepas elektron (amina atau metoksi) yang tersubtitusi pada posisi orto atau para pada cincin aromatis (Shaath, 1986).

Berikut ini adalah rumus umum salah satu contoh senyawa tabir surya :

Gambar 1. Struktur umum senyawa tabir surya

 

X = OH; OCH3; NH2; N (CH3)2

R = C6H4X; OH; OR’, dimana R’ = metil, amil, oktil, dll (Shaath, 1990).

Karakteristik yang harus dimiliki oleh senyawa tabir surya antara lain adalah senyawa tabir surya harus mempunyai absorbsi pada ultraviolet berkisar pada 280-360 nm, dapat mengabsorbsi radiasi UV secara maksimum, tidak dipengaruhi oleh serapan pelarut pada panjang gelombang maksimum, tidak larut atau kelarutannya kecil di dalam air, tidak toksik, tidak fototoksik, dan tidak mensensitisasi. Senyawa tabir surya harus dapat tercampurkan dengan pembawa kosmetik, mudah digunakan, dan tidak mahal (Shaath, 1990).

2.  Radiasi Sinar Ultraviolet

Radiasi ultraviolet merupakan radiasi elektromagnet pada panjang gelombang antara 100-400 nm (Bunawas, 1999). Sinar matahari yang dipancarkan mengandung radiasi elektromagnetik pada rentang spektrumsinar gamma, ultraviolet, dan infra merah antara 10-1-1014 (Kerps, 1972; Lachman, 1970).

Sinar matahari yang membahayakan kulit adalah radiasi ultraviolet (UV). Berdasarkan panjang gelombangnya radiasi UV dibagi tiga, yaitu UV A (near UV), UV B (middle UV), dan UV C (far UV) (Shaath, 1990).

Sinar UVA (near UV) mempunyai rentang panjang gelombang 320-400 nm yang dikenal sebagai daerah pigmentasi dan spektrumnya disebut dengan malagonik. Spektrum ini dapat mengakibatkan warna kecoklatan pada kulit dan mencapai puncak pada serapan 340 nm (Tanjung, 1997). Radiasi sinar UV A dapat menembus kulit hingga lapisan kulit bagian dalam (lapisan dermis) yang mengakibatkan terjadinya bintik-bintik coklat pada kulit, merusak kolagen dan elastin sehingga sel-sel kulit rusak (terjadi kerutan pada kulit dan kulit menjadi kendur) (Justiana, 2003). Selain itu juga dapat menyebabkan vascular damage dengan erythemogenic yang relatif rendah serta merangsang pembentukan melanin. Pembentukan melanin bersamaan dengan penebalan lapisan tanduk (stratum korneum) yang merupakan mekanisme perlindungan kulit terhadap pengaruh radiasi UV (Price, 1996).

Sinar UV B (middle UV) mempunyai panjang gelombang           290-320 nm dikenal sebagai daerah eritema dan spektrumnya disebut erithemogenik dan mencapai puncak pada serapan 296,7 nm (Tanjung, 1997). Radiasi sinar UV B atau radiasi sunburn dapat menembus lapisan tanduk dan epidermis. Kerusakan dapat terjadi mulai dari yang ringan sampai ke bentuk yang paling berat yang disertai dengan rasa sakit, pembengkakan bahkan dapat melepuh di permukaan kulit.

Sinar UV C (far UV) mempunyai panjang gelombang 200-290 nm disebut dengan daerah germicidal. Radiasi pada daerah ini sangat berbahaya, dapat mengakibatkan kerusakan pada kulit. Radiasi ini relatif tidak mencapai bumi karena diserap ozon di atmosfer (Tanjung, 1997). Radiasi UV C dapat menyebabkan reaksi fitokimia yang dapat menyebabkan kanker kulit tetapi radiasi ini tidak sampai ke bumi karena adanya lapisan ozon.

3.  Efek Radiasi Ultraviolet Terhadap Kulit

Kulit manusia terbagi menjadi tiga lapisan, yaitu lapisan tanduk (stratum corneum), epidermis, dan dermis. Radiasi sinar matahari dapat menembus kulit dengan kedalaman yang berbeda-beda bergantung pada panjang gelombangnya (Tanjung, 1999).

Kulit merupakan salah satu organ tubuh yang memiliki struktur sangat baik yang menutupi seluruh bagian tubuh dan beratnya sekitar 7% dari total berat tubuh, sehingga kulit menjadi organ tubuh yang paling besar. Diperkirakan dalam 1 cm-2 luas kulit terdiri dari 70 cm pembuluh darah, 55 cm saraf, 100 kelenjar keringat, 15 kelenjar minyak, 230 penerima rangsangan, dan sekitar 500.000 sel kulit yang secara berkala mati, dan memperbaharui.

Gambar 2. Struktur anatomi kulit (Sumber: Alatas, 1998)

Ketebalan kulit bervariasi mulai dari 1,5 sampai 4 mm atau lebih di area tubuh yang berbeda, dan mempunyai dua lapisan yang jelas. Lapisan paling luar kulit adalah lapisan epidermis, yaitu sebuah jaringan serabut yang saling berhubungan, di bawah dermis terletak hipodermis (lapisan lemak). Meskipun hipodermis biasanya tidak dipertimbangkan sebagai bagian dari kulit, jaringan ini berfungsi sedikit pada kulit. Kulit mempunyai banyak fungsi, salah satunya yaitu melindungi tubuh dari sinar matahari. Pemaparan sinar matahari berlebihan pada waktu singkat menyebabkan luka bakar. Pemaparan jangka panjang menyebabkan penebalan lapisan kulit paling atas (epidermis) dan peningkatan pembentukan pigmen (melanin) oleh sel-sel penghasil pigmen (melanosit). Melanin merupakan zat pelindung alami yang menyerap energi dari sinar ultraviolet dan mencegah masuknya sinar ke jaringan yang lebih dalam.

Sumber matahari merupakan sumber radiasi ultraviolet yang bisa merusak sel-sel tubuh. Radiasi UV mendorong terjadinya pigmentasi yang menyebabkan perubahan warna kulit yang dikenal sebagai tanning. Pigmen melanin yang dibentuk dapat menyebabkan warna merah (phenomelanin) dan hitam (eumelanin) (Depkes RI, 1985). Efek radiasi UV dapat terjadi pada panjang gelombang 200-400 nm yang menimbulkan reaksi kulit yaitu eritema (sunburn) dan pigmentasi (tanning) yang selanjutnya dapat menyebabkan ketuaan dini pada kulit atau bahkan kanker kulit.

4.  Perlindungan Senyawa Tabir Surya Terhadap Radiasi Sinar Ultraviolet

Secara alamiah kulit manusia memiliki sistem perlindungan terhadap radiasi sinar ultraviolet, yakni dengan penebalan stratum corneum, pengeluaran keringat, dan pigmentasi kulit. Namun jika terjadi kontak berlebihan dibutuhkan perlindungan kulit baik secara fisik dan secara kimia. Karena keterbatasan kulit untuk melawan efek negatif dari radiasi sinar UV tersebut, maka dibutuhkan perlindungan secara kimia yaitu dengan menggunakan senyawa tabir surya (Kreps, 1972) .

Perlindungan total terhadap radiasi sinar ultraviolet dapat menggunakan pelindung yang mampu menahan radiasi UV A dan UV B dengan senyawa tabir surya. Pelindung yang berfungsi untuk menahan radiasi itu disebut dengan jenis sunblock, sedangkan berfungsi menahan radiasi ultraviolet disebut dengan suntan (Tanjung, 1999).

Menurut Tanjung, 1999, senyawa tabir surya berdasarkan mekanisme kerja sebagai pelindung terhadap radiasi UV dibedakan menjadi dua. Pertama, sebagai pengeblok fisik, secara fisik senyawa tabir surya dapat memantulkan dan menghamburkan radiasi UV. Selain itu juga bekerja dengan membentuk konjugat bahan penyerap untuk mencapai nilai Sun Protection Factor (SPF) yang tinggi. Senyawa yang mempunyai mekanisme kerja seperti di atas misalnya titanium dioksida dan seng oksida. Senyawa-senyawa tersebut memerlukan konsentrasi yang sangat tinggi (10%-100%) untuk mencapai efek yang diinginkan (Setianingrum, 1992; Shaath, 1986). Kedua, sebagai penyerap kimia, senyawa-senyawa tabir surya yang dapat menyerap radiasi UVA dan UVB dan mengubahnya ke bentuk lain yang mempunyai energi lebih rendah. Penyerap UV A adalah senyawa yang cenderung menyerap radiasi pada spektrum UV pada panjang gelombang antara 320-400 nm, yang termasuk penyerap UVA ini adalah turunan benzophenon (oksibenson, dibensoilmetan), antranilat dan dibenzilmetan. Sedangkan penyerap UV B adalah senyawa yang menyerap radiasi pada λ = 290-320 nm, dan yang termasuk penyerap UVB adalah turunan para amino benzoic acid (PABA) misalnya oktil dimetil PABA, turunan salisilat, turunan kamfer, dan turunan sinamat (sinoksat, 2-etil heksil                         p-metoksisinamat) (Setianingrum, 1992; Shaath, 1990).

5.  Tinjauan Senyawa Tabir Surya 2-Etil Heksil p-Metoksisinamat

2-etil heksil p-metoksisinamat merupakan salah satu senyawa tabir surya yang disintesis dari etil p-metoksisinamat dengan 2-etil heksil alkohol. 2-etil heksil p-metoksisinamat berupa cairan jernih menyerupai minyak, tidak berbau, dan berwarna kuning pucat. Senyawa ini larut dalam etanol, isopropanol dan isopropil miristat, senyawa ini tidak larut dalam gliserin dan propilenglikol. 2-etil heksil p-metoksisinamat memiliki rumus molekul C18H26O3 dengan berat molekul 290,4. Titik didihnya sekitar 198-200o C. Bentuk struktur molekul sebagai berikut:

Gambar 3. Struktur molekul 2-etil heksil p-metoksisinamat (Hidajati,1997).

B.     Tinjauan tentang Bentonit

1.      Tinjauan Umum Bentonit

Bentonit adalah lempung yang mengandung mineral monmorilonit, yang terbentuk karena proses diagenetik (pelapukan dan transformasi) abu gunung api yang bersifat asam dan berkomposisi riolitik. Proses pelapukan jika laju aliran air lebih cepat dari pelarutan yang terjadi, maka akan terbentuk gibsit [Al(OH)3] dari feldspar. Jika laju aliran semakin rendah, maka dari felspar tersebut akan terbentuk kaolinit Al2SiO2O5(OH)4, sedangkan bila laju aliran terhenti biasanya didalam cekungan, suatu reaksi yang lambat akan terjadi antara kation dengan Al(OH)3 dan silika membentuk monmorilonit Al2O3.4SiO2.2H2O (Labaik, 1999). Pada umumnya bentonit mempunyai sifat kilap seperti lilin, lunak, plastis, warna putih pucat- hijau muda– kelabu– merah muda sewaktu segar dan menjadi krem bila sudah lapuk yang kemudian berubah menjadi kuning, merah atau coklat.

Bentonit yang memiliki rumus kimia Al2O3.4SiO2. H2O merupakan sejenis lempung plastis yang mempunyai kandungan mineral monmorilonit lebih dari 85%. Bentonit yang mengandung mineral monmorilonit memiliki kualitas komersial dengan perluasan liat 2:1 dengan kapasitas pertukaran ion yang tinggi. Bentonit bersifat lunak, dengan kekerasan 1 pada skala Mohs, memiliki berat jenis antara         1,7–2,7 g/ml, mudah pecah, terasa berlemak, mempunyai sifat mengembang dan membentuk gel apabila ditambahkan air (Balitbang-Sumut, 2005).

Monmorilonit mempunyai struktur yang tersusun oleh dua layer tetrahedral silika dengan sebuah pusat struktur berupa oktahedral alumina. Layer-layer tetrahedral dan oktahedral berkombinasi sehingga ujung-ujung tetrahedral tiap-tiap lembar silika atau satu lapisan hidroksil lembar oktahedral membentuk suatu lapisan. Dalam strukturnya terdapat molekul air yang dapat dimasuki posisi antar lapisannya. Hal ini menunjukkan bahwa kisi-kisinya juga dapat terisi oleh kation-kation. Hal ini yang membedakan monmorilonit dengan yang lainnya               (Balitbang-Sumut, 2005).

           

 

 

Gambar 4. Serbuk dan lempung bentonit (www.tekmira.esdm.go.id).

2.      Penggolongan Bentonit

Bentonit digolongkan menjadi dua bagian berdasarkan mineral lempung penyusun utamanya, yaitu:

a).  Na-bentonit - Swelling bentonite

Disebut dengan tipe Wyoming, mengandung ion Na+ relatif lebih banyak jika dibandingkan dengan ion (Ca2+ dan Mg2+) karena mineral penyusun utama lempung ini adalah ion Na+. Mempunyai sifat mengembang jika dicelupkan dalam air hingga 8 kali lipat dari volume semula. Adanya kation Na+ menyebabkan lempung dapat mengembang apabila dicelupkan ke dalam air dan membentuk koloid. Selain kation Na+, juga terdapat Ca2+, Mg2+, dan H+ yang mudah tertukar. Kandungan Na2O dalam Na-bentonit umumnya lebih besar dari 2%. Bentuk fisik dari Na-bentonit ini jika dalam keadaan kering berwarna putih atau krem, dalam keadaan basah akan mengkilap saat terkena sinar matahari. Posisi pertukaran ion utama diduduki oleh ion Na. (Labaik, 2006)

b).  Ca-bentonit (non swelling bentonite)

Mengandung kalsium (K2O) dan magnesium (MgO) lebih banyak dibanding dengan natriumnya, karena mineral penyusun utama lempung ini adalah ion Ca2+ dan Mg2+. Mempunyai sifat sedikit menyerap air sehingga jika didipersikan dalam air akan cepat mengendap. Daya tukar ion (KTK) cukup besar dan bersifat menyerap. Fisiknya dalam keadaan kering berwarna abu-abu, biru, kuning, merah, dan coklat. Posisi pertukaran ion utama diduduki oleh ion Ca dan Mg. (Balitbang-Sumut, 2005; Distam-propsu, 2004; Labaik, 2006).


 

3.      Struktur Bentonit

Struktur bentonit ditentukan dari struktur mineral penyusun utamanya, yaitu monmorilonit. Patrikel lempung inter susun dalam bentuk lapis-lapis paralel yang teratur satu dengan lainnya                 (Wigati, 1998).

Menurut Wigati (1998) Struktur mineral monmorilonit dikemukakan oleh Hofmann, Endell dan Wilm dan disempurnakan oleh Maegdefrau, Hofmann, Marshall, dan Hendricks berupa unit-unit yang terdiri dari dua lembar tetrahedral silika dan satu lembar oktahedral alumina pada posisi tengahnya. Kedua lembar tetrahedral memiliki arah yang sama yaitu ke arah oktahedral sebagai pusat unit. Dua lembar tetrahedral dan satu lembar oktahedral ini akan membentuk satu kesatuan unit lapisan. Dalam tumpukan silika-alumina-silika, atom oksigen dan hidroksil terdapat di sela-sela tumpukan tersebut sebagai penghubung serta terdapat pada kedua permukaan sistem. Dalam partikel lempung unit-unit lapisan tersebut bertumpuk secara paralel yang menghasilkan ruang antar lapis yang disebut ruang interlamellar. Dalam ruang interlamellar, air dapat masuk sehingga mineral montmorilonit mempunyai kemampuan mengembang yang tinggi.

Umumnya  mineral lempung tersusun dari dua jenis struktur atom, jenis itu merupakan satu kesatuan dari atom-atom yang berkaitan membentuk struktur tertentu. Pertama, merupakan unit alumina yang tertutup oleh oksigen atau hidroksil. Diantara atom alumina tersebut terdapat 6 atom oksigen atau hidroksil pada posisi jarak yang sama terdiri dari 2 lembaran oksigen yang rapat atau hidroksil dari aluminium, besi atau magnesium yang berhimpit dalam susunan oktahedral. Oleh karena itu akan terbentuk jarak yang sama dari keenam atom oksigen atau hidroksil tersebut. Jika dalam struktur tersebut terdapat aluminium, maka hanya dua pertiga posisi yang mungkin terisi untuk mencapai kesetimbangan struktur dan struktur tersebut sebagai struktur gibsit dengan rumus Al2(OH)6. Dan jika dalam struktur tersebut terdapat magnesium, maka seluruh posisi akan terisi untuk mendapatkan kesetimbangan, struktur tersebut disebut struktur brusit dengan rumus kimia Mg3(OH)6. Jenis kesatuan yang kedua tersusun oleh tetrahedral silika. Sebuah atom silika tetrahedral mempunyai jarak yang sama dengan keempat atom oksigen sehingga susunan dari sebuah tetrahedron akan teratur untuk membentuk jaringan heksagonal berbentuk lembaran dengan komposisi kimia Si46(OH)4 (Balitbang-Sumut, 2005).

                                                                   3 O

                                              2 Si             Tetrahedral

                                       O – OH – O

           Oktahedral                 2 Al

                                                            O – OH – O   

                                                                   2 Si             Tetrahedral

                                              3 O                      

 

 

 

 

 

 

 


Gambar 5. Struktur monmorilonit (Inam, 2005).

4.      Sifat Bentonit

Luas permukan bentonit dinyatakan dalam jumlah luas permukan kristal atau butir kristal bentonit yang berbentuk tepung setiap gram berat (m2/gram). Semakin besar luas permukaan maka semakin besar pula zat-zat yang terbawa atau melekat pada bentonit sehingga sifat ini dimanfaatkan sebagai bahan pembawa (carrier) dalam insektisida dan pestisida serta sebagai pengisi dalam industri kertas dan bahan pengembangan industri makanan dan plastik.

Monmorilonit disebut juga dengan smektit dengan rumus teoritik (OH)4Si8Al4O20.nH2O, molekul air menempati ruang antar lapis. Rumus molekul smektit pada umumnya berbeda dengan rumus teoritiknya. Hal ini disebabkan oleh adanya substitusi aluminium atau fosfor dengan valensi tiga terhadap silikon dengan valensi empat pada lembar tetrahedral silika. Sedangkan pada lembar oktahedral alumina, aluminium dengan valensi tiga digantikan oleh atom dengan valensi dua misalnya magnesium, seng, nikel, litium, dan sebagainya. Peristiwa tersebut dikenal dengan substitusi isomorfis.

Distribusi muatan secara teoritik tanpa melihat substitusi kisi pada lapisan dapat dilihat pada tabel berikut:

 

 

 

 

 

Tabel 1. Distribusi muatan monmorilonit

Atom

Muatan

6 O2-

4 Si4+

4 O2- 2 (OH)-

4 Al3+

4 O2- 2 (OH)-

4 Si4+

6 O2-

12

16

10

12

10

16

12

                        (Sumber: Grim, 1968)

Penggantian atom valensi positif tinggi dengan atom valensi lebih rendah mengakibatkan terjadinya kekurangan muatan positif yang berarti terjadi kelebihan muatan negatif. Kelebihan muatan negatif pada lapisan ini menyebabkan adanya adsorpsi permukaan lapisan terhadap kation. Terjadinya dissosiasi dari gugus hidroksil juga menyebabkan terjadinya muatan pada permukaan monmorilonit. Adanya gugus OH pada tepi kristal atau bidang terbuka juga menyebabkan adanya muatan negatif pada permukaan. Muatan yang ada dapat disetimbangkan dengan adsorpsi kation yang masuk ke dalam ruang interlamellar. Kation-kation tersebut mempunyai sifat dapat dipertukarkan dengan kation lain. Kation dengan valensi lebih besar diadsorpsi lebih kuat dan lebih efisien daripada kation dengan valensi lebih rendah. Hal ini tidak berlaku bagi ion hidrogen dengan sifat hidrasi yang tidak tentu.

Masuknya kation akan menyebabkan solvasi atau hidrasi pada monmorilonit. Solvasi ini akan mempengaruhi jumlah molekul air yang teradsorpsi dalam ruang interlamellar. Pada ruang ini air akan terorientasi melalui ikatan hidrogen. Satu hidrogen dari molekul air berikatan secara vertikal dengan oksigen yang terdapat pada permukaan lempung. Sedang hidrogen lainnya akan berikatan secara horizontal dengan oksigen dari molekul air yang lain (Wigati, 1998).

Pada umumnya penggunaan lempung lebih mengutamakan sifat fisiknya. Sifat fisik yang paling utama ialah derajat plastisitasnya, daya serap, daya pembersih, daya mengembang, warna, kecerahan, serta ukuran butir. Namun, bukan berarti komposisi kimia tidak penting sebab dalam beberapa hal sifat fisik di pengaruhi oleh sifat kimianya.

Sifat umum bentonit antara lain:

1).  Berkilap lilin, umumnya lunak dan plastis.

2).  Berwarna pucat dengan kenampakan putih, hijau muda, kelabu, merah muda dalam keadaan segar dan menjadi krem bila lapuk yang kemudian berubah menjadi kuning, merah coklat serta hitam.

3).  Bila diraba terasa licin seperti sabun.

4).  Bila dimasukan ke dalam air akan menyerap air.

5).  Bila kena hujan singkapan bentonit berubah menjadi bubur dan bila kering menimbulkan rekahan yang nyata.

5.       Spesifikasi Bentonit dalam Industri Kosmetik

a)      Spesifikasi fisika

·         Bentuk butir: serbuk halus

·         Warna: putih kekuning-kuningan

·         Kandungan air dalam bentonit: <>

b)      Spesifikasi kimia

·         pH netral yaitu 7

·         Kekuatan mengembang: 20-30ml (Distamben-Jabar, 2005; Distam-Propsu, 2004).

C.    Titanium (Ti)

Titanium (Ti) merupakan salah satu kation hidroksi logam polinuklir yang digunakan sebagai agen pemilar. Titanium adalah unsur terbanyak ke-sembilan di kerak bumi dan terdistribusi secara luas. Titanium tidak terdapat dalam bentuk logam statis di alam, tetapi dalam bentuk mineral yang stabil karena afinitas titanium terhadap oksigen dan unsur lain sangat besar. Bentuk umum mineral titanium adalah ilmenite dan rutile dalam bentuk titanium dioksida.

Unsur titanium ditemukan oleh Reverend William Gregor pada tahun 1790 dan bentuk pure titanium pertama kali diproduksi pada tahun 1910.

Secara klinis, ada dua bentuk titanium yaitu:

a)      Murni.

Titanium murni adalah logam putih, lustrous dengan sifat densitas rendah, kekuatan tinggi, dan daya tahan terhadap korosi yang sangat baik.

b)      Alloy titanium (6% aluminium- 4% vanadium).

Alloy ini mempunyai kekuatan yang lebih besar dari titanium murni. Sifat-sifat alloy antara lain; densitas rendah, daya tarik yang besar (500 MPa), dan tahan terhadap temperatur tinggi, sehingga alloy biasa dipakai dalam industri kapal terbang  (Goenharto,2005).

Titanium merupakan logam transisi yang ringan, kuat, tahan korosi, tahan terhadap air laut dan klorin serta berwarna putih-metalik-keperakan. Titanium murni tidak dapat larut dalam air tetapi larut dalam asam pekat. Titanium tahan terhadap asam sulfat, gas klorin, larutan klorida, dan kebanyakan asam organik. Logam ini, dapat terbakar apabila dipanaskan dalam udara bersuhu 610°C atau lebih (membentuk titanium dioksida), dan terbakar dalam gas nitrogen murni (terbakar pada 800°C dan membentuk titanium nitrida) (www.wikipedia.org).

Titanium merupakan elemen yang tidak bersifat merusak dan memiliki kemampuan bertahan pada suhu yang tinggi. Toksisitas titanium sangat rendah dan dapat ditoleransi oleh tulang dan jaringan lunak serta tidak menyebabkan hipersensitifitas (Goenharto,2005).

D.    Pilarisasi Bentonit dengan Ion Ti4+

Bentonit merupakan material alam yang memiliki kemampuan menyerap ion logam dan molekul organik dari dalam sistem larutan. Bentonit memiliki struktur berbentuk lapisan-lapisan bertumpuk (layer) sehingga dapat mengembang dan mengempis (swelling) jika menyerap dan melepas molekul air atau molekul organik lainnya. Oleh sebab itu kemampuan adsorpsi bentonit tidak optimal, terutama sifat selektivitas terhadap molekul yang diserap. Untuk meningkatkan kemampuan adsorpsi bentonit diperlukan proses pilarisasi.

Pilarisasi dapat dilakukan dengan menginterkalasikan polikation hidroksi terhadap lempung. Selanjutnya dikalsinasi pada suhu tertentu sehingga membentuk pilar-pilar oksida logam. Kation-kation yang dapat digunakan sebagai agen pemilar, antara lain ion-ion alkil ammonium, kation amina bisiklis, dan beberapa kation kompleks seperti kelat serta kation hidroksi logam polinuklir seperti Al, Zr, Fe, Ti, dan lain-lain. Bentonit terpilar memiliki beberapa kelebihan, antara lain stabilitas termal yang lebih tinggi serta volume pori dan luas permukaan yang lebih besar. Adanya sifat unggul dari bentonit terpilar menjadikan material tersebut potensial untuk digunakan sebagai adsorben (Sunarso, 2007).

Dengan adanya pilar yang terbentuk pada struktur lapisan bentonit, maka struktur bentonit menjadi stabil dan tidak mudah mengalami swelling. Adanya proses pilarisasi juga dapat memodifikasi ukuran pori bentonit dari ukuran mikro menjadi meso, pori-pori ini berfungsi untuk meningkatkan luas permukaan bentonit dan terbentuknya situs aktif adsorpsi. Dengan adanya modifikasi struktur bentonit tersebut maka kemampuan adsorpsi dan selektivitasnya menjadi lebih baik dari keadaan semula (Budhyantoro, 2003). Kemampuan adsorpsi bentonit terpilar terhadap ion logam, molekul zat warna, dan molekul organik lainnya sangat tergantung pada ukuran pori yang terbentuk pada saat pilarisasi. Semakin besar ukuran pori bentonit maka kemampuan untuk mengadsorb molekul organik akan semakin besar.

     

E.     Tinjauan tentang Adsorpsi Senyawa Tabir Surya 2-Etil Heksil                  p-Metoksisinamat oleh Bentonit Terpilar Ti4+.

Adsorpsi adalah suatu fenomena permukaan dimana satu atau lebih unsur-unsur pokok dari suatu larutan fluida akan lebih terkonsentrasi pada permukaan suatu padatan tertentu (adsorben). Dengan cara ini, komponen-komponen dari suatu larutan dapat dipisahkan satu sama lain. Adsorpsi melibatkan proses perpindahan massa dan menghasilkan kesetimbangan distribusi dari satu atau lebih larutan antara fasa cair dan partikel. Fasa penyerap disebut sebagai adsorben, sedangkan fasa yang diserap disebut adsorbat (Maghza, 2007). Faktor yang menentukan kinerja adsorpsi adalah fasa kesetimbangan antara cairan dan fasa yang diserap oleh satu atau lebih komponen.

Proses adsorpsi merupakan suatu proses dasar dari pertukaran tempat dimana zat yang diserap pada permukaan lempung secara langsung dan proporsional terhadap jumlah lempung yang ada. Bentonit mempunyai kemampuan mengadsorpsi karena sifat koloid dari ukuran butir bentonit sangat kecil (halus) dan kapasitas pertukaran ionnya tinggi. Ketidakseimbangan muatan listrik dalam bentuk ion dan adanya pertukaran ion menyebabkan bentonit memiliki daya serap yang tinggi. Daya serap terjadi pada ujung dan permukaan kristal serta ruang interlamellar (layer). Dalam keadaan awal bentonit memiliki kemampuan adsorpsi yang rendah tetapi melalui aktivasi atau pilarisasi, daya adsorpsinya meningkat.

Adsorbat memiliki ukuran yang lebih kecil daripada adsorben. Adsorben dalam penelitian ini adalah bentonit terpilar Ti4+ sedangkan adsorbatnya adalah 2-etil heksil p-metoksisinamat. Bentonit merupakan adsorben organik yang memiliki ukuran pori meso (mesoporous adsorbents) yaitu 1-25 nm (Onal, 2001).

 

F.     Tinjauan tentang Kestabilan Senyawa Tabir Surya 2-Etil Heksil                 p-Metoksisinamat dalam Bentonit Terpilar Ti4+.

Kestabilan senyawa tabir surya dapat mengalami penurunan oleh serangan molekul air sehingga diperlukan suatu matriks berpori dan kedap air yaitu bentonit terpilar Ti4+. Bentonit terpilar Ti4+ akan mengisolasi senyawa tabir surya 2-etil heksil p-metoksisinamat dari serangan molekul air sehingga aktivitas senyawa tabir surya dapat bertahan dalam jangka waktu yang lebih lama. Penurunan kestabilan senyawa tabir surya ditandai oleh adanya hidrolisis ester menjadi asam. Hidrolisis ini dapat diketahui dari perubahan spektra inframerah, yaitu adanya serapan C=O yang khas dan juga menunjukkan pita O-H yang sangat terbedakan dalam panjang gelombang antara 3000-3500 cm-1.

 

G.    Pengukuran Kestabilan Senyawa Tabir Surya 2-Etil Heksil                        p-Metoksisinamat dalam Bentonit Terpilar Ti4+.

Efektifitas senyawa tabir surya dapat dinyatakan dalam beberapa cara antara lain kadar zat aktif yang terkandung, persentase transmisi eritrema, dan pigmentasi serta faktor perlindungan sinar baik secara in vivo maupun in vitro. Penentuan secara in vitro diperoleh dari pengukuran nilai serapan pada panjang gelombang UV. Kestabilan senyawa tabir surya diukur dari lama bertahannya aktifitas tabir surya dalam menerima serangan tetesan larutan NaCl 0,01 M. Pengujian disesuaikan dengan adanya perubahan spektrum inframerah yang dihasilkan. Apabila terdapat serapan C=O yang khas dan juga menunjukkan pita O-H yang sangat terbedakan pada bilangan gelombang 3000-3500 cm-1 maka pengujian dapat dihentikan. Hal tersebut dikarenakan telah terjadi hidrolisis ester menjadi asam, yang dapat mengindikasikan bahwa ester senyawa tabir surya mengalami penurunan kestabilan.

 

H.    Tinjauan tentang Spektroskopi

1.      Spektroskopi UV-Vis

Pada metode ini cahaya yang diserap bukan hanya cahaya tampak tapi cahaya dari ultraviolet (UV). Dengan cara ini larutan tidak berwarna juga dapat diukur, misalnya aseton dan asetaldehid. Pada spektroskopi UV ini, energi cahaya terserap digunakan untuk transisi elektron (electronic transition) (Hendayana, 1994). Apabila pada molekul tersebut dikenakan radiasi elektron magnetik maka akan terjadi eksitasi elektron ke tingkat energi yang lebih tinggi yang dikenal sebagai orbital elektron ”antibonding”. Pada senyawa organik dikenal pula gugus auksokrom yang merupakan gugus fungsional yang mempunyai elektron bebas seperti –OH; -O; -NH2; -OCH3 yang memberikan transisi elektron. Terikatnya gugus auksokrom oleh gugus kromofor akan mengakibatkan pergeseran pita absorpsi menuju ke panjang gelombang yang lebih panjang disertai peningkatan intensitas (Mulja, 1995).

a)      Pemilihan pelarut

Pelarut yang dipakai pada spektrofotometer UV-Vis harus mempunyai sifat tidak mengabsorpsi cahaya pada panjang gelombang yang sama pada pengukuran sampel. Mulja (1995) menyebutkan syarat-syarat untuk pelarut tersebut, antara lain:

1)         Tidak mengandung sistem terkonjugasi pada struktur molekulnya dan tidak berwarna.

2)         Tidak berinteraksi dengan molekul yang dianalisa

3)         Harus mempunyai kemurnian yang tinggi

Pada umumnya pelarut yang sering dipakai dalam analisa spektrofotometer UV-Vis adalah air, etanol, siklo-heksana, dan isopropanol. Kepolaritasan pelarut juga perlu diperhatikan karena dapat mempengaruhi pergeseran spektrum molekul yang dianalisa.

 

 

b)      Komponen spektrofotometer UV-Vis

Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak, monokromator, sel pengabsorpsi larutan sampel dan blanko (kuvet), dan alat pengukur perbedaan absorpsi antara sampel dengan blanko (Khopkar, 2002).

1)      Sumber

Sumber yang biasanya digunakan pada spektrofotometer absorpsi adalah lampu wolfram, dan lampu lain seperti lampu hidrogen atau lampu deuterium yang digunakan untuk sumber pada daerah UV. Kelebihan dari lampu deuterium yaitu dapat dipakai pada daerah panjang gelombang 190 nm sampai 380 nm, karena pada rentang panjang gelombang tersebut sumber radiasi deuterium memberikan spektrum energi radiasi yang lurus. Pada analisa 2-etil heksil p-metoksisinamat dengan spektrofotometer UV-Vis digunakan lampu deuterium.

2)      Monokromator

Monokromator merupakan alat yang digunakan untuk mendapatkan sumber sinar yang monokromatis. Alat ini berbentuk prisma atau grating. Sistem kerja dari monokromator adalah memfokuskan radiasi dari sumber ke celah masuk, kemudian disejajarkan oleh lensa atau cermin sehingga berkas sejajar jatuh pada unsur pendispersi (berupa prisma atau grating).

3)      Sel pengabsorpsi

Sel pengabsorpsi atau dikenal dengan nama kuvet adalah wadah dari larutan yang diamati, kuvet ini biasannya terbuat dari leburan silika (dipakai pada pengukuran daerah UV) atau gelas, dengan bentuk tabung empat persegi panjang 1x1 cm2 dengan tinggi ± 5 cm. Sel pengabsorpsi yang biasa digunakan berbentuk persegi, selain ada bentuk lain (silinder).

4)      Detektor

Detektor penerima berperan memberikan respon terhadap cahaya pada berbagai panjang gelombang. Spektrofotometer   UV-Vis menggunakan detektor fotolistrik, yang paling sederhana adalah tabung foton. Tabung ini berupa tabung hampa udara dengan lubang tembus cahaya yang berisi sepasang elektroda.

c)      Cara kerja

Cara kerja spektrofotometer secara singkat adalah sebagai berikut. Menempatkan larutan pembanding, misalnya blanko dalam sel pertama sedangkan larutan yang akan dianalisa pada sel kedua. Kemudian memilih fotosel yang cocok, misalnya 200-650 nm agar daerah panjang gelombang yang diperlukan dapat teramati. Mengemisikan sinar yang bersal dari sumber (lampu deuterium atau lampu wolfram) sehingga melewati sel sampel dan blanko. Pada dasarnya prinsip dari alat spektrofotometer adalah membandingkan cuplikan dan standart, dalam hal ini standart yang digunakan adalah pelarut sampel. Dari penelitian ini akan diperoleh grafik hasil spektrofotometer yang menunjukkan hubungan tranmitansi dan panjang gelombang (λ).

Analisa kualitatif dengan spektrofotometer UV-Vis ini hanya digunakan untuk data pendukung. Dengan metode ini dapat ditentukan kemurnian senyawa dan penentuan panjang gelombang maksimal (lmaks).

 

2.      Spektroskopi Inframerah (IR)

Spektrofotometer inframerah (IR) digunakan untuk mengukur resapan radiasi inframerah pada berbagai panjang gelombang senyawa organik, yang merekam secara otomatis. Sumber radiasi inframerah dipancarkan oleh padatan lembam yang dipanaskan sampai pijar dengan aliran listrik (Mulja, 1995). Oleh karena itu, sinar inframerah mempunyai energi yang lebih rendah dari sinar UV atau sinar tampak, maka tebal sel yang dipakai pada spektrofotometer lebih tipis daripada untuk spektrofotometer lainnya (Hendayana, 1994).

Oleh karena itu tidak ada pelarut yang sama sekali transparan terhadap sinar inframerah maka cuplikan dapat diukur sebagai padatan atau cairan murninya. Cuplikan padat digerus dengan mortar batu agate bersama kristal KBr kering dalam jumlah sedikit sekali. Campuran tersebut dipres di tempat daerah cuplikan.

Fungsi utama dari spektrofotometer inframerah adalah untuk mengenal struktur molekul, khususnya gugus seperti OH, C=C, dan lain-lain atau lebih tepatnya spektrum inframerah suatu senyawa dapat melihat adanya potongan-potongan molekul dalam suatu molekul (Anwar, 1994).

Radiasi yang diserap oleh molekul seperti –OH dan -NH pada daerah 3000-3700 cm-1, C-C aromatik terdapat pada daerah 1450-1600 cm-1, C=O pada daerah 1705-1750 cm-1, C-H aromatik menghasilkan puncak pada panjang gelombang 3000-3100 cm-1 disertai dengan keluarnya overtone pada panjang gelombang 2000-1650 cm-1 (Fessenden, 1990).

Komponen dasar spektrofotometer inframerah (IR) hampir sama dengan spektrofotometer UV-Vis, tetapi sumber, detektor, dan komponen optiknya sedikit berbeda. Bagian-bagian pokok dari spektrofotometer inframerah adalah sumber, daerah cuplikan, monokromator, dan detektor.

a)      Sumber

Sumber radiasi inframerah dihasilkan sebuah sumber yang dipanaskan seperti Nernst atau lampu glower pada suhu 1500-2000oC dan akan memberikan radiasi di atas 7000 cm-1.

b)      Daerah cuplikan

Berkas acuan dan berkas cuplikan masing-masing masuk ke daerah cuplikan dan menembus sel acuan dan sel cuplikan. Daerah cuplikan suatu spektrofotometer memiliki berbagai daerah, dari sel gas yang panjangnya 40 m sampai ke sel mikro.

 

 

c)      Monokromator

Bahan yang digunakan untuk membuat monokromtor spektrofotometer inframerah ada berbagai macam, misalnya prisma dan celah yang terbuat dari gelas, lelehan silika, LiF, CaF2, BaF2, NaCl, KBr, AgCl, CsI. Umumnya prisma yang digunakan terbuat dari NaCl karena hanya transparan di bawah 625 cm-1. Sedangkan halida ion lainnya harus digunakan pada frekuensi yang rendah misalnya KBr untuk 400 cm-1.

d)     Detektor

Detektor pada daerah inframerah yang banyak digunakan untuk detektor termal. Dua detektor termal yang sering digunakan adalah termokopel dan bolometer.

 

I.       Tinjauan tentang Instrumen Penelitian

1.      Analisis Pilarisasi Bentonit dengan Ion Ti4+

Analisis pilarisasi bentonit dengan ion Ti4+ dilakukan dengan spektrofotometer UV-Visible. Spektrofotometer merupakan suatu metode pengukuran yang didasarkan pada penyerapan berkas cahaya pada panjang gelombang tertentu. Metode ini sederhana, mempunyai kepekaan dan ketelitian tinggi serta banyak digunakan secara luas. Spektrofotometri UV-Vis adalah suatu metode analisis spektroskopik yang memakai sumber radiasi elektromagnetik ultraviolet dan sinar tampak. Spektrofotometer UV-Vis melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis sehingga spektrofotometer UV-Vis lebih banyak digunakan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif secara organik maupun anorganik. Pada analisis kualitatif hanya dipakai untuk data sekunder (data pendukung), yaitu menentukan panjang gelombang maksimum (λmaks) dari suatu zat. Teknik spektroskopi ini didasarkan pada pengukuran adsorpsi atau emisi radiasi elektromagnetik (Day, 1986).

Pada spektrofotometri UV-Vis radiasi sinar ultraviolet dan sinar tampak dari molekul menyebabkan terjadinya perubahan energi elektronik. Oleh sebab itu, spektra ultraviolet dan sinar tampak disebut spektra elektronik. Penyerapan energi menyebabkan perpindahan elektron dari orbital tingkat dasar ke orbital yang berenergi lebih tinggi dalam keadaan tereksitasi (Fessenden dan Fessenden, 1990). Molekul akan bersifat selektif terhadap radiasi elektromagnetik, hanya molekul yang mempunyai ikatan rangkap terkonjugasi dan mempunyai gugus kromofor yang terikat dengan auksokrom, yang dapat dianalisis dengan metode spektrofotometri UV.

Transisi pada daerah UV-Vis terjadi pada daerah spektrum sekitar 200-750 nm. Daerah tampak berada pada daerah 400-750 nm dari merah sampai ungu muda. Daerah UV berada pada daerah 200-400 nm (Day, 1986). Daerah spektrum untuk pengukuran bentonit terpilarisasi dianalisis menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Hasil serapan UV-Vis menunjukkan nilai absorbansi pada panjang gelombang tertentu. Pada berbagai suhu kalsinasi, bentonit terpilar Ti4+ akan menunjukkan serapan UV yang berbeda-beda. Makin tinggi suhu kalsinasi maka panjang gelombang sinar UV yang terserap oleh bentonit terpilar Ti4+ mengalami pergeseran ke arah gelombang pendek. Serapan pada suhu tertentu akan disesuaikan dengan serapan UV-Vis senyawa tabir surya 2-etil heksil            p-metoksisinamat yaitu antara 308-309 nm sehingga keduanya dapat saling berinteraksi.

 

2.      Analisis Kestabilan Senyawa Tabir Surya 2-Etil Heksil                            p-Metoksisinamat dalam Bentonit Terpilar Ti4+.

Kestabilan senyawa tabir surya 2-etil heksil p-metoksisinamat dapat diketahui dari pengujian terhadap serangan molekul air. Analisis ini menggunakan hasil spektra dari spektrofotometer inframerah (IR). Spektrofotometer IR adalah instrumen yang digunakan untuk mengukur resapan radiasi infra merah pada berbagai panjang gelombang. Spektrofotometer IR digunakan untuk mengidentifikasi golongan senyawa, gugus fungsi, dan juga tipe substitusi pada senyawa aromatik.

Konsep radiasi inframerah diajukan pertama kali oleh Sir William Herchel pada tahun 1880 melalui percobaannya mendeskripsikan radiasi matahari dengan prisma. Ternyata pada daerah sesudah sinar merah menunjukkan adanya kenaikan temperatur tertinggi yang berarti pada daerah panjang gelombang radiasi banyak mengandung kalori (energi tinggi). Daerah tersebut selanjutnya disebut dengan inframerah (Mulja, 1995)

Berdasarkan pembagian daerah panjang gelombang pada sinar infra merah dibagi atas tiga daerah, yaitu:

1)      Daerah infra merah dekat (λ kurang dari 650 cm-1).

2)      Daerah infra merah pertengahan (λ = 650-4000 cm-1)

3)      Daerah infra merah jauh (λ lebih dari 4000 cm-1)

Analisis senyawa dengan spektrofotometer inframerah didasarkan pada vibrasi dari gugus fungsional dari suatu senyawa. Pada pengamatan spektrofotometer inframerah terdapat dua daerah absorpsi yaitu daerah finger print (900-1400 cm-1) dan wilayah gugus fungsi (650-900 cm-1). Pada daerah finger print terdapat banyak serapan yang tidak dapat ditelaah. Faktor yang mempengaruhi pengamatan adalah perubahan sifat ikatan, adanya ikatan hidrogen, dan pelarut yang dipakai (Fessenden dan Fessenden, 1990; Hardjono, 1991).

Senyawa ester memiliki dua pita serapan yang ditimbulkan oleh uluran C=O dan C-O. Getaran ulur C=O, pada pita alifatik jenuh terdapat pada daerah 1750-1735 cm-1, dan pita alifatik tak jenuh terdapat pada daerah 1730-1710 cm-1. Getaran ulur C-O terdiri dari dua getaran tak simetri yang terkopelkan yaitu C-C(=O)-O pada daerah 1210-1163 cm-1 dan O-C-C pada daerah 1300-1000 cm-1, sedangkan getaran simetrik kurang penting (Silverstein et al, 1986).

Pada gugus aromatis, getaran ulur C-H terdapat pada daerah 3100-3000 cm-1, dan getaran ulur C-C pada cincin aromatis terjadi pada daerah 1500-1400 cm-1. Gugus metoksi yang tersubstitusi pada cincin benzena (eter alkil aril) memberikan getaran ulur C-O-C pada daerah               1275-1200 cm-1. Pada rantai alifatis, getaran ulur C-H alifatis berada pada daerah 3000-2850 cm-1, getaran C-C alifatis pada 1600-1450 cm-1 dan getaran ulur C=C pada 1690-1600 cm-1 (Silverstein et al, 1986).

Penurunan kestabilan dapat diketahui dari hidrolisis ester menjadi asam karboksilat yang ditunjukkan melalui perubahan spektra inframerah. Asam karboksilat menunjukkan serapan C=O yang khas dan pita O-H sekitar 3000-3500 cm-1 dan miring ke dalam pita absorpsi CH alifatik, puncak yang kuat ditunjukkan pada bilangan gelombang       3330 cm-1 (Fessenden dan Fessenden, 1990).

 

J.      Tinjauan tentang Pemurnian Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Substrat yang telah diperoleh dari hasil sintesis masih bercampur dengan alkohol yang berlebih, sehingga untuk memperoleh senyawa murni perlu dilakukan pemisahan dengan cara Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Pemurnian yaitu suatu cara untuk menghilangkan bahan pengotor pada senyawa yang akan dimurnikan, sehingga senyawa tersebut murni/bersih dari bahan pengotor. Pemurnian biasanya dapat dilakukan dengan cara rekristalisasi, penguapan, bahkan kromatografi. Kemurnian suatu senyawa dapat juga dikaji dengan KLT. Dalam hal ini, senyawa dikromatografi pada berbagai kondisi dan konsentrasi (sampai batas kemampuan sistem). Jika pada KLT hanya terdapat satu puncak, maka senyawa tersebut dinyatakan murni secara kromatografi.

Kromatografi lapis tipis merupakan suatu teknik kromatografi dimana fase diamnya adalah adsorben dalam bentuk lapisan tipis, umumnya melekat pada kaca, plastik atau aluminium (Harwood, 1989). Mekanisme pemisahan yang terjadi pada kromatografi lapis tipis pada umumnya atas dasar adsorpsi, dimana setiap substansi yang terlarut dalam fase gerak jika melewati fase diam akan teradsorpsi dengan kekuatan yang berbeda sehingga terjadi pemisahan substansi dari campurannya. Karena pengaruh adsorpsi dari fase diam terhadap masing-masing substansi berbeda, maka pergerakannya juga berbeda. Besarnya hambatan dinyatakan dengan suatu harga Rf (Stahl, 1992).

Harga Rf ini diperoleh dengan membagi jarak yang ditempuh oleh bercak dengan jarak yang ditempuh oleh garis depan pelarut (Hostettman, 1985).

                Rf